episode: Bahagia Itu Tidak
Sederhana
Awal Januari
lalu jantungku hampir dibuat lepas. Bukan kepalang, berita bahagia
berturut-turut menghampiri. Rasa syukur yang teramat besar tentulah aku
lantunkan untuk Tuhan Maha Besarku, Allah SWT. Tiada yang lain, sebab karena-Nya
perasaan bahagia yang meluap-luap itu akibat berkah yang Dia berikan.
Salah satunya
adalah berita tentang pernikahan. Membaca kata ‘pernikahan’ saja sudah membuat
cemerlang perasaan apalagi jika yang memberikan kabar itu saudara, sahabat atau
kakak sendiri.
Kabar super bahagia ini diketik langsung oleh
calon mempelainya kala itu. Ia kirim satu persatu rangkaian kata-kata bahagia
ke dalam ponselku, pada aplikasi yang tengah populer dipakai oleh umat manusia
diseluruh dunia. Huruf demi hurufnya aku baca, rasanya begitu membuai sanubari,
tak ingin aku lewatkan bahkan ejaannya pun tak ingin kulewatkan.
Isi Pesan "Butuh bantuan ollid bla bla bla bla" tidak termasuk berita bahagia. :p |
Begitu isi pesan
yang Ia kirimkan. Tentu saja perlahan aku membacanya, memang sedikit terkejut.
Tak bukan sebabnya adalah seringkali jika sudah bercanda pasti hal menikah tahun depan adalah andalan.
Begitulah komunitas kami, candaan selalu berupa doa yang baik-baik. O:)
Berita menikah ini sempat kuanggap candaan dia saja. ternyata untuk kali ini tidak, ini bukan main-main. Ini ialah berita paling serius, paling benar-benar disampaikannya dengan serius (meski diiringi dengan sedikit candaan).
Kabar menikah
ini datang dari saudariku Susi Nurvianti, biasa aku menyapanya kak Susi.
Mengenalnya berawal ketika hendak mengadakan acara amal berbagi buku dan
mendirikan perpustakaan di Sekolah dekat kota Pontianak, dekat dengan Komunitas
Kaum Marjinal di TPA Batu Layang. Kak Susi bagiku ialah sosok yang tegas, Ia
selalu mengatakan kepadaku hal-hal dunia yang harus diseimbangkan dengan
akhirat. Sosoknya juga sangat lemah lembut. Meski merupakan anak paling bungsu,
tak ada celah kulihat Ia menjadi sosok yang manja. Kak Susi sangat Mandiri.
Lekas sehabis
kegiatan itu, tak beberapa lama semakin aku mengenal kak Susi sebagai wanita
pekerja keras. Ia selalu pamit tiba-tiba karena hendak memberi perkuliahan.
Profesi kak Susi ini adalah Dosen di Universitas Negeri di Pontianak. Muaranya,
keseringan bertemu bersama teman-teman lain dan barang tentu kak Susi. Aku, Kak
Susi dan Kak Mia (akan kuceritakan di edisi lain) bergabung mendirikan usaha
yang kini kami menjadi berempat ditambah Fadly (akan kuceritakan edisi lain
juga). Usaha kami bernama SUMAMI, mimpi-mimpi kami tertuang disini.
Seperti halnya
rejeki dan kematian yang merupakan rahasia paling abstrak pun menikah,
ketiganya sama. Belum ada didunia ini bisa menebak rejeki, kematian dan jodoh,
entah berapa jumlahnya, entah kapan datangnya dan entah pada siapa cintanya
berlabuh. Barangkali Bahagia termasuk dalam kolom rejeki. Ya begitulah kabar
bahagia, datang tiba-tiba melalui orang-orang yang tak terduga pula. Jika ada
orang yang mengatakan bahagia itu sederhana, tidak bagiku. Bahagia tidak
sederhana. Bahagia itu bisa jadi luar biasa, penuh makna, penuh perasaan apa
saja. Bahagia ialah mantra, sekejap air mata jadi senyum paling lebar sedunia. Kesimpulannya,
tidak ada bahagia yang sederhana. Bahagia selalu luar biasa, selalu menjadi
perumit perasaan.
Pernikahan kak
Susi ini adalah sebuah rejeki, untuk keluarganya, untuk teman-teman disekelilingnya
dan sudah tentu untuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak, berkah yang teramat
pasti dirasakan keluarganya saat ini. Anak bungsu dan yang satu-satunya belum
menikah, kini melepas lajangnya bersama lelaki teman SMAnya. Sudah pasti tepat
untuknya, sudah Ia kenal dahulu, tahu baiknya dan buruknya bersama, tak
canggung lagi berdua kelak. Sedikit paham sudah mengenal diri masing-masing.
Jika kak Susi
membaca ini, harapanku jangan kau teteskan air mata karena bahagia ( :P) sebab
jika bahagia tersenyumlah, tak banyak didunia ini yang perlu ditangisi. Semoga
pernikahan ini jadi titik awal hidup kakak yang paling berarti. Memulai
keluarga kecil bersama yang dicintai, dijadikan dua insan yang paling bahagia
didunia ini, kelak dikaruniai anak yang elok akhlak dan rupa dan diberkahi
cukup rizki.
NB: Beginilah kalau sudah rindu mereka, teman-teman di Pontianak. Menulis ialah salah satu obatnya.